Oleh
Bahron Ansori
Menjadi
pemimpin adalah amanah. Amanah kepemimpinan tentu sangat berat jika
dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpin. Pemimpin dalam Islam adalah
orang yang dipercaya untuk mengemban sebuah amanah. Baik tidaknya seorang
pemimpin pasti akan berimbas kepada siapa yang dipimpinnya.
Jika
pemimpin yang terpilih adalah orang yang jahil/bodoh dan tak faham syariat
Allah Swt, maka tunggulah kehancurannya. Karena itu, berhati-hatilah menjadi
pemimpin sebab di akhirat kelak dia tidak hanya mempertanggungjawabkan dirinya
saja tapi juga mempertanggungjawabkan kepemimpinannya atas umat yang
dipimpinnya.
Ada
pun pemimpin yang baik (memimpin sesuai syari’at Allah swt), maka insya Allah
dia akan selamat saat mempertanggungjawabkan semua urusannya di hadapan Allah
kelak. Sebaliknya, pemimpin yang jahil dan memimpin umat jauh dari rambu-rambu
syari’at Allah swt., maka akan mendapat balasan yang setimpal.
Islam
mengabarkan ada beberapa ciri dari seorang pemimpin yang kelak insya Allah akan
selamat baik di dunia maupun di akhirat. Ciri-ciri pemimpin menurut Islam itu
antara lain:
1. Beriman
dan Gemar Beramal Shaleh
Memilih
pemimpin yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan RasulNya,
adalah suatu keharusan bagi seorang Muslim. Karena ini merupakan jalan
kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia
maupun akherat. Selain itu, pilihlah pemimpin yang gemar beramal shaleh. Sebab amal
shaleh adalah wujud dari keimanan seorang pemimpin.
2. Niat
yang Lurus
Hendaklah
saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat sesuai dengan apa
yang telah Allah perintahkan. Karena suatu amalan itu bergantung pada niatnya,
itu semua telah ditulis dalam HR. Bukhari-muslim. Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū
Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb r.a, dia menjelaskan bahwa dia mendengar
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” Karena itu hendaklah
menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan
sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan
kesempatan dan kemuliaan.
3.
Laki-Laki
Dalam
Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah
pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab
itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya
tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta
suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
“(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli
isterinya dengan baik).
Ayat
ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita. Menurut
Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim atasnya, dan
pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian
dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi.
Karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan beruntung suatu kaum
yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits
Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4.
Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah
bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah ra. ”Wahai Abdul Rahman bin samurah!
Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan
diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab
sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena
permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
5.
Berpegang pada Hukum Allah
Ini
salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah Swt berfirman, ”Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
6.
Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah
saw. bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan
datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan
diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.”
(Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7.
Menasehati rakyat
Rasulullah
saw. bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin
lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin
itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8.
Tidak Menerima Hadiah
Seorang
rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud
tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati. Oleh karena itu,
hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya.Rasulullah
bersabda, ”Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat
Thabrani).
9.
Tegas
Ini
merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas
bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan
benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai
dengan Allah, swt dan rasulnya.
10.
Lemah Lembut
Doa
Rasullullah saw. “Ya Allah, siapa mengurus satu perkara umatku lalu ia
mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan siapa yang mengurus satu perkara
umatku lalu ia berlemah-lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.”
11.
Miliki Sifat Rasulullah saw
Seorang
pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki sifat seperti yang dimiliki oleh
Rasulullah saw yakni; Sidiq (jujur), Tablig (menyampaikan), Amanah (dapat
dipercaya), Fatonah (cerdas).
Karena
itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya. Seorang pemimpin
tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga harus
cerdas (intelektual, emosional lebih-lebih lagi spiritualnya). Karena jika
seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah
rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa dan siapa yang dipimpinnya. Semoga para
pemimpin kita memiliki sebelas kriteria di atas. Wallahua’lam.
*Redaktur MINA
Posting Komentar